
Senin, 11/09/2017
Hipertrofi ventrikel kiri adalah kondisi ketika dinding bilik kiri jantung (sebuah ruang utama di dalam jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh) mengalami pembesaran dan penebalan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi) yang membuat jantung harus bekerja lebih keras. Dengan beban kerja jantung yang berat, jaringan otot di dinding jantung menebal dan ukurannya pun bertambah besar. Akibatnya, elastisitas otot jantung semakin berkurang, hingga akhirnya tidak dapat memompa darah.
Hipertrofi ventrikel kiri dapat meningkatkan risiko penderitanya terkena serangan jantung dan stroke.
Gejala hipertrofi ventrikel kiri biasanya berkembang secara bertahap seiring waktu. Gejalanya antara lain:
Berikut gejala yang harus diwaspadai, dan membutuhkan penanganan medis bila terjadi:
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi saat jantung bekerja memompa darah ke seluruh tubuh lebih keras dari biasanya. Selain dipicu oleh hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri juga dapat terjadi akibat faktor lainnya, seperti melakukan olahraga yang terlalu keras, penyakit stenosis katup aorta, dan penyakit hipertrofi kardiomiopati.
Olahraga yang terlalu keras atau lama dapat membuat beban kerja jantung menjadi lebih berat sehingga dapat memicu hipertrofi ventrikel kiri. Begitu pun pada kasus stenosis katup aorta dimana katup aorta menyempit sehingga ventrikel kiri harus menyeimbangkannya dengan upaya memompa darah lebih keras ke aorta. Sedangkan pada kasus hipertrofi kardiomiopati, otot jantung menjadi tebal secara abnormal sehingga jantung kesulitan memompa darah ke seluruh tubuh.
Risiko hipertrofi ventrikel kiri juga dapat meningkat seiring perkembangan tubuh dan pada orang-orang yang memiliki berat badan berlebih, diabetes, atau riwayat keluarga dengan masalah genetik tertentu.
Diagnosis awal dibuat berdasarkan riwayat kesehatan penderita dan keluarganya, serta pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan tekanan darah dan fungsi jantung. Setelah itu, diagnosis perlu ditetapkan dengan bantuan sejumlah tes lanjutan. Tes pertama yang dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG), yaitu perekaman sinyal elektrik di dalam jantung untuk mendeteksi gangguan fungsi jantung dan penebalan jaringan ventrikel kiri. Tes ini dapat dipadukan dengan hasil pemindaian MRI yang menampilkan gambaran jantung.
Guna melengkapi hasil dari kedua tes lanjutan di atas, dokter juga dapat menyarankan dilakukannya ekokardiogram yang akan menampilkan gambaran jantung dengan bantuan gelombang suara. Tes ini dapat mengukur ketebalan dinding ventrikel kiri. Ventrikel kiri dinyatakan sudah membesar jika ketebatalannya melebihi 1,5 sentimeter.
Pengobatan Hipertrofi Ventrikel Kiri
Pengobatan hipertrofi ventrikel kiri dapat dilakukan sesuai dengan faktor penyebabnya. Pada kasus hipertrofi ventrikel kiri akibat tekanan darah tinggi, penangannya dilakukan dengan perubahan gaya hidup, seperti diet rendah lemak dan garam, olahraga secara teratur, dan menghentikan kebiasaan merokok. Selain itu, perlu ditambahkan pengobatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Obat-obatan tersebut meliputi obat penghambat enzim pengubah angiotensin (captopril, enalapril, lisinopril), obat penghambat reseptor angiotensin II (losartan), obat penghambat kanal kalsium (amilodipine dan diltiazem), obat diuretik (chlorthalidone dan hydrochlorothiazide), serta obat penghambat beta (atenonol).
Pada kasus hipertrofi ventrikel kiri akibat stenosis katup aorta, penanganan dilakukan melalui perbaikan katup yang sempit atau penggantian katup aorta dengan katup buatan melalui tindakan operasi.
Pada kasus hipertrofi ventrikel kiri akibat kegiatan olahraga yang berlebih, dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk menghentikan olahraga selama 3 hingga 6 bulan. Setelah itu, ekokardiogram kembali dilakukan untuk mengukur ketebalan dinding ventrikel.
Sedangkan pada kasus hipertrofi kardiomiopati, penanganan dilakukan melalui perawatan khusus atau tindakan operasi.
Komplikasi yang bisa muncul karena hipertrofi ventrikel kiri adalah:
Hipertrofi ventrikel kiri bisa dicegah dengan cara meluangkan waktu untuk berolahraga, menghentikan kebiasaan merokok, dan menerapkan pola makan sehat, termasuk menghindari makanan berlemak dan makanan berkadar garam tinggi, serta menghindari alkohol. Bagi penderita hipertensi, menjaga tekanan darah dengan rutin dan mengonsumsi obat-obatan hipertensi sesuai petunjuk dokter, dapat menurunkan risiko terjadinya hipertrofi ventrikel kiri.