
Senin, 11/09/2017
Infeksi payudara atau mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang umumnya menyerang perempuan menyusui pada 12 minggu pertama setelah persalinan. Pada sebagian kecil kasus, masitis juga bisa dialami oleh perempuan yang tidak menyusui.
Pada saat mengalami mastitis, payudara akan membengkak, berwarna kemerahan, dan teraba hangat. Pembengkakan ini menimbulkan rasa nyeri terutama saat terkena sentuhan. Biasanya, mastitis hanya menyerang satu sisi payudara saja meskipun tidak menutup kemungkinan kedua payudara terkena.
Mastitis menyebabkan ibu atau penderitanya mengalami kesulitan saat mengasuh anaknya sehingga kegiatan menyusui kadang menjadi terhambat atau terhenti. Meskipun demikian, kegiatan menyusui sebaiknya tetap dilakukan karena baik untuk penderita maupun bayi. Kegiatan menyusui juga masih bisa tetap dilakukan walau penderita sedang mengonsumsi antibiotik untuk pengobatan mastitis.
Pada hampir sebagian besar kasus, infeksi payudara yang terjadi pada wanita menyusui disebabkan oleh adanya sisa air susu ibu (ASI) di payudara. Penumpukan sisa ASI ini akan menyumbat saluran air susu sehingga payudara akan membengkak.
Para ahli menduga bahwa adanya tumpukan ASI ini lama kelamaan akan menghasilkan suatu tekanan yang cukup kuat di dalam payudara, sehingga ASI akan merembes ke jaringan-jaringan di sekitar payudara. Kandungan protein dalam ASI ini akan disalahartikan oleh tubuh sebagai benda asing, dan sistem kekebalan tubuh akan bekerja untuk melawannya, sehingga terjadilah suatu reaksi peradangan.
Sumbatan di saluran ASI ini dapat dipicu oleh teknik menyusui yang masih kurang tepat, gangguan pada bayi sehingga tidak bisa menyedot susu dengan baik, pengeluaran ASI secara tidak teratur, hanya menggunakan satu payudara untuk menyusui, atau adanya trauma yang merusak jaringan pengeluaran air susu.
Penyebab lainnya adalah bakteri yang berasal dari permukaan kulit atau mulut bayi. Bakteri dapat masuk ke dalam saluran susu melalui celah pada puting atau pembukaan pada saluran susu. Bakteri juga dapat berkembang dari air susu yang tidak dikeluarkan hingga habis, namun kandungan antibakteri yang dimiliki air susu ibu membuat bayi terlindung dari infeksi.
Pada umumnya, mastitis tidak akan memengaruhi kondisi bayi. Namun demikian, bayi yang berada dalam unit perawatan khusus tidak diperbolehkan untuk langsung meminum ASI yang berasal dari payudara yang terinfeksi karena memiliki kandungan garam yang cenderung tinggi.
Pada perempuan yang tidak menyusui, mastitis biasanya disebabkan oleh puting yang mengalami keretakan, ditindik, atau luka, dan disebut dengan mastitis periduktal. Kondisi puting ini dapat menyebabkan bakteri mudah masuk ke dalam saluran ASI dan menimbulkan infeksi.
Ada beberapa faktor risiko lain yang bisa meningkatkan kemungkinan terjangkit infeksi payudara atau mastitis, di antaranya:
Infeksi payudara atau mastitis ditandai dengan adanya pembengkakan yang teraba hangat dan berwarna kemerahan pada payudara, dan biasanya menimbulkan rasa sakit dan sensasi terbakar terutama ketika menyusui. Biasanya, gejala ini hanya dialami pada satu sisi payudara saja.
Selain itu, mastitis seringkali membuat penderita merasa kehabisan tenaga, atau kelelahan, dan gejala-gejala seperti demam tinggi dan panas dingin.
Pada kasus lainnya, gejala yang muncul dapat serupa dengan gejala flu selama beberapa jam sebelum penderita menyadari ada area di payudara yang agak membengkak. Segera temui dokter untuk memastikan diagnosis dan mendapatkan pengobatan.
Diagnosis infeksi payudara biasanya diberikan oleh seorang ahli kandungan, namun dapat juga didapatkan dengan melakukan pemeriksaan pada dokter umum saja. Penderita mungkin akan dirujuk kepada seorang konsultan laktasi jika ternyata mastitis disebabkan oleh gangguan menyusui.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik berdasarkan gejala yang disampaikan penderita untuk memastikan diagnosis mastitis, misalnya demam tinggi yang diikuti dengan sakit di payudara atau pembengkakan. Pemeriksaan mamografi dan biopsi mungkin akan dilakukan untuk menyingkirkan dugaan kanker payudara yang memiliki gejala yang hampir sama, yaitu bengkak yang berwarna kemerahan.
Dokter juga akan memeriksa jika terdapat abses (nanah) pada area payudara yang mengalami pembengkakan jika ternyata kondisinya sudah berlangsung cukup lama. Abses dapat berkembang jika infeksi payudara tidak segera diobati atau infeksi yang dialami cukup parah.
Pemeriksaan terhadap ASI mungkin akan dilakukan untuk menentukan antibiotik yang cocok bagi penderita.
Obat antibiotik yang diminum biasanya akan diberikan untuk mengobati kondisi ini dan penderita akan merasa membaik setelah dua hari. Namun demikian, antibiotik sebaiknya harus tetap diminum hingga periode pengobatan berakhir agar kondisi ini tidak terulang kembali. Obat pereda rasa sakit juga dapat diberikan, seperti ibuprofen dan asetaminofen.
Jika tidak segera diobati, pembengkakan dapat berkembang menjadi nanah hingga menebal dan diperlukan operasi untuk mengeluarkannya dari payudara. Dokter mungkin akan melakukan tes tambahan jika kondisi penderita tidak kunjung membaik walau telah memeroleh pengobatan di atas.
Jika mastitis disebabkan oleh tersumbatnya aliran susu yang berasal dari teknik menyusui yang kurang baik, maka dokter dapat merekomendasikan seorang konsultan laktasi untuk membantu penderita dengan kondisi ini. Ingatlah selalu untuk menyusui hingga persediaan susu di payudara habis dan bayi menyusu dengan benar.
Pastikan juga Anda mendapatkan waktu istirahat yang cukup, perbanyak asupan cairan untuk membantu tubuh melawan infeksi, dan tetaplah menyusui anak Anda sesering mungkin dan selama bayi lapar. Semakin sering Anda menyusui, maka risiko saluran tersumbat juga akan semakin berkurang. Di bawah ini adalah langkah lain yang bisa dilakukan:
Segera temui dokter jika kondisi tidak kunjung membaik dalam kurun waktu 24 jam.
Infeksi payudara dapat dicegah dengan menerapkan cara menyusui yang baik sejak awal, termasuk dengan berkonsultasi dengan ahli laktasi jika memang diperlukan. Ahli laktasi bisa memberikan saran yang berguna mengenai teknik laktasi yang baik dan benar. Beberapa tindak pencegahan lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis, adalah: